Rabu, 13 Juni 2012

Taman Nasional Baluran, Nuansa Afrika di Jawa

Habitat Kupu Kupu di Baluran
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia, sebelah utara Banyuwangi . Gerbang untuk masuk ke Taman Nasional Baluran berada di 7°55’17.76″S dan 114°23’15.27″E. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40 persen tipe vegetasi savana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran.
Sebelum tahun 1928, AH. Loedeboer seorang pemburu kebangsaan Belanda memiliki daerah Konsesi perkebunan di Labuhan Merak dan Gunung Mesigit. Beliau telah menaruh perhatian bahwa Baluran mempunyai nilai penting untuk perlindungan satwa mamalia besar.
Pada tahun 1930 KW. Dammerman yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor mengusulkan perlunya Baluran ditunjuk sebagai hutan lindung.
Pada tahun 1937, Gubernur Jenderal Hindia Belanda menetapkan Baluran sebagai Suaka Margasatwa dengan ketetapan GB. No. 9 tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544.
Selanjutnya ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dan Agraria RI dengan Surat Keputusan Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962.
Bunga Kapsan Kuning dan Savana
Pada tanggal 6 Maret 1980 bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian se-Dunia, Suaka Margasatwa Baluran oleh menteri Pertanian diumumkan sebagai Taman Nasional.
Kawasan TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara Selat Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa Wonorejo dan sebelah barat Sungai Klokoran, Desa Sumberanyar.
Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha.
Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 yang terdiri dari:
1. zona inti seluas 12.000 Ha
2. zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha)
3. zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha
4. zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha
Savana Bekol
Tumbuhan yang ada di taman nasional ini sebanyak 444 jenis, 3 diantaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan menarik dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering (masih kelihatan hijau), walaupun tumbuhan lainnya sudah layu dan mengering yaitu: widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), pilang (Acacia leucophloea).
Tumbuhan yang lain seperti asam jawa (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp.), kendal (Cordia obliqua), manting (Syzygium polyanthum), dan kepuh (Sterculia foetida).
Terdapat 26 jenis mamalia diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus).
Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman Nasional Baluran.
Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung diantaranya termasuk yang langka seperti layang-layang api (Hirundo rustica), tuwuk/tuwur asia (Eudynamys scolopacea), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan merah (Gallus gallus), kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus).
Bama Sunrise
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
  • Batangan. Melihat peninggalan sejarah/situs berupa goa Jepang, makam putra Maulana Malik Ibrahim, atraksi tarian burung merak pada musim kimpoi antara bulan Oktober/November dan berkemah. Fasilitas: pusat informasi dan bumi perkemahan.
  • Bekol dan Semiang. Pengamatan satwa seperti ayam hutan, merak, rusa, kijang, banteng, kerbau liar, burung.
Tebing Bawah Laut
Fasilitas yang ada: wisma peneliti, wisma tamu, menara pandang.
  • Bama, Balanan, Bilik. Wisata bahari, memancing, menyelam/snorkeling, dan perkelahian antara rusa jantan pada bulan Juli/Agustus; dan sekawanan kera abu-abu yang memancing kepiting/rajungan dengan ekornya pada saat air laut surut.
  • Manting, Air Kacip. Sumber air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, habitat macan tutul.
  • Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo. Bersampan di laut yang tenang, melihat berbagai jenis ikan hias, pengamatan burung migran.
  • Curah Tangis. Kegiatan panjat tebing setinggi 10-30 meter, dengan kemiringan sampai 85%.
Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Agustus setiap tahunnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates