Rabu, 13 Juni 2012

Mengintip Keindahan Surga Pulau Badi, Makassar

Panorama Pulau Badi
Makassar, adakah yang tidak pernah mendengar betapa indahnya daerah ini untuk dijadikan wisata bawah laut? Sebuah daerah di Sulawesi Selatan yang terbangun pesat sejak salah satu putra daerahnya sempat menjadi wakil pemimpin negara ini. Sejak saat itu, banyak turis berdatangan ke daerah ini hingga tak heran jika bandara internasionalnya menjadi terkenal.
Tapi adakah yang mengetahui Kepulauan Spermonde? Sebuah kawasan kepulauan yang berada di sebelah barat daratan Sulawesi Selatan. Dengan 98 buah pulau karang, kawasan ini masih memperlihatkan cantiknya ekosistem terumbu karang yang sehat.
Dahulu, Pulau Badi dikenal sebagai pusat pembuatan perahu di Kepulauan Spermonde, nama perahu tersebut disebut Lepa-lepa dan Jolloro dan masih cukup banyak digunakan oleh penduduk sekarang, walaupun kini telah muncul perahu jenis baru yang lebih canggih dalam hal teknologi. Pulau ini memang belum dikenal sebagai destinasi wisata, masih sedikit diver yang mengetahui tempat ini, hal ini membuat saya sedikit bangga karena mengetahui bahwa keramahan penduduk, pasir putih, dan terumbu karang yang cantik masih bisa ditemui.
Namun, Pulau Badi masih menyimpan luka, masyarakat disini melakukan penam-bangan karang sebagai bahan bangunan. Penjualan dilakukan secara terang-terangan sesuai pesanan dan dijual dengan harga Rp 150.000/jolloro atau ditukarkan dengan mesin bekas. Penambangan karang dilakukan di kawasan Gusung Batua, tapi sejak lima tahun terakhir aktivitas ini sudah mulai dilarang karena pulau ini mulai merasakan dampak abrasi yang disebabkan tidak adanya penahan alami.
Walau begitu, tetap saja ekosistem terumbu karang di pulau ini cantik, tak terbayang bagaimana cantiknya sebelum ada penambangan karang itu, pasti lebih cantik dari yang sekarang. Bagaimana tidak, baru saja berenang sekitar tiga meter dari bibir pantai, saya langsung menemui coral garden dengan jarak 1–2 meter dari permukaan air. Tak lama setelah puas snorkeling, saya dan teman–teman kembali ke atas, bersemangat untuk mengambil peralatan selam kami.
Dermaga Pulau Badi
Masih di sekitaran titik snorkeling tadi kami turun di kedalaman tiga meter melihat tubir terumbu hingga kedalaman 12 meter, sepanjang itu terlihat reef flat dan reef crest, cantik dan kokoh. Selain itu di pulau ini terdapat hasil transplantasi yang sudah dilakukan oleh beberapa organisasi. Ada beberapa titik yang digunakan sebagai tempat transplantasi karang. Seperti di depan dermaga dan juga Daerah Perlindungan Laut (DPL). DPL tersebut juga menjadi salah satu titik penyelaman di Pulau Badi. Untuk mengetahui daerah tersebut ada tanda berupa enam batu besar, jenis Porites sp.
Untuk tempat tinggal bisa menginap di rumah penduduk. Biasanya diver yang berasal dari mahasiswa, senang menginap di rumah penduduk. Ada seorang penduduk yang kami kenal namanya. Untuk tinggal di sana kami biasa membayar Rp10.000 per hari untuk satu orang.
Keindahan Laut Pulau Badi
Selain rumah penduduk ada opsi lain untuk tempat berteduh, ada rumah kayu bantuan Coremap yang bisa disewakan. Rumah kayu ini dikelola oleh penduduk untuk disewakan kepada turis yang ingin menginap. Dengan fasilitas berupa kasur dan bantal, kita cukup mengeluarkan uang Rp 20.000 per malam. Untuk konsumsi selama di Pulau Badi, biasanya kami meminta warga untuk memasakkan makanan untuk kami.
Sebenarnya yang paling menyenangkan dari seluruh perjalanan adalah merasakan keramahan warga lokal. Apalagi jika kita datang saat bulan purnama, sekitar tanggal 12-16 setiap bulannya, bisa mendapatkan menu tambahan. Para nelayan di pulau ini biasanya menjaring cumi-cumi atau sotong dan bisa dibeli seharga Rp50.000 untuk tiga kilogram. Mereka juga yang akan memasakkannya. Selain itu pengalaman hidup dengan listrik yang hanya menyala selama empat jam, mulai dari pukul 18.00 WITA hingga 22.00 WITA membuat kami menjadi lebih sering berinteraksi dengan warga lokal.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates